Jumat, 28 Juni 2019

SAHABAT PART IV.

SAHABAT

Part IV

PENGERTIAN SAHABAT
(Dalam Data Otentik)

Setelah kata "Sahabat" kita kaji dari aspek bahasa dan 'urf (pada Part I&II) dan sedikit kita singgung tentang rumusan para ulama' tentang masalah ini, di mana dapat disimpulkan untuk menyatakan sesorang dihukumi sebagai sahabat, setelah syarat Islam dan mati dalam Islam, dapat diglobalkan ada dua mazhab; Pertama, mazhab yg mencukupkan dg melihat atau bertemu. Sehingga muncul rumasan bahwa sahabat adalah: "Setiap Muslim yg pernah berjumpa atau melihat Nabi saw. dan dia mati dalam Islam".

Kedua, mazhab yg tidak mencukupkan dengan hanya bertemu atau melihat dg beragam varian catatan yg ada.

Mazhab pertama diikuti oleh mayoritas Muhadditsin, khususnya kalangan.muta'akhirin, dan mazhab kedua diikuti oleh mayoritas Ushuliyyin dan sebagian Muhadditsin dari kalangan Mutaqaddimin.

Dengan demikian, perlu kita catat bahwa, baik Mutaqaddimin maupun Mutaakhirin dari dua spesialisasi ilmu di atas, tidak pernah sepakat pada satu definisi.

Perlu kita catat pula, bahwa pernyataan Imam Ibn Hajar al-Asqalani yg menyatakan selain pendapat yg pertama adalah syadz, merupakan pernyataan yg jatuh dalam timbangan kajian.

Sampai di titik ini, mungkin anda akan mengatakan bahwa apa yg saya katakan di atas tentang mazhab kedua, adalah klaim saya semata. Oleh sebab itu, di sini akan saya kemukakan beberapa data otentik atas pernyataan saya, baik yg bersifat global (mujmal) maupun bersifat rinci (tafshil).

Mazhab Kedua

Mazhab kedua, yakni mazhab yg tidak mencukupkan diri pada bertemu atau melihat, merupakan pendapat mayoritas  Ushuliyin dan sebagian Muhadditsin kalangan mutaqaddimin dan didukung oleh riwayat dari atsar sahabat Anas dan Jabir bin Abdillah radhiyallah 'anhuma dan atsar dari Sayyidut Tabi'in, Sa'id Ibn Al-Musayyab.

Saya akan mulai dg data global, baru yg beraifat rinci:

1. Imam Ibn al-Mulaqqin (w. 723), , dalam kitab al-Muqni' fi 'Ulum al-Hadits (hal. 288-290) mengatakan:

الأولى: اختلف العلماء في حد الصحابي.  فالمعروف من طريقة أهل الحديث أنه كل مسلم رأى النبي صلى الله عليه وآله وسلم وإن لم يصحبه. وطريق الأصوليين أنه من طالت مجالسته عن طريق التبع له والأخذ عنه. 
Pertama: Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian sahabat. Yg telah dikenal di kalangan Ahli Hadits sahabat adalah setiap Muslim yg melihat (berjumpa) dengan Nabi saw. sekalipun tidak pernah menyertai beliau (dalam waktu yg relatif lama). Sedangkan menurut Ahli Ushul, sahabat adalah seorang (Muslim) yg cukup lama bermajlis dengan rasulullah; mengikuti beliau dan mengambil ilmu dari beliau".

2. Al-Laknawi (1304) di dalam Zhafar al-Amani (hal. 496) mengatakan:
اختلفوا في أن الصحابي يشترط في كونه صحابيا طول المجالسة أم لا؟ فالذي ذهب إليه جمهور الأصوليين وجمع من المحدثين إلى اشتراطه...
Mereka (para ulama) berselisih pendapat tentang apakah seorang dapat dikatakan sebagai sahabat disyaratkan adanya thul al-mujalasah (lamanya bergaul dg Nabi saw.) atau tidak? Menurut MAYORITAS Ahli Ushul dan sebagian MUHADDITSIN, disyaratkan!

3. Dr. Muhammad Sulaiman al-Syaqar, dalam pendahuluan risalah Munif ar-Rutbah lil 'Ala'iy (17):
الأول طول الصحبة عرفا...... وهذا الإشتراط هو طريقة الأصوليين، نقله عنهم ابن السمعاني وبه قال ابن عبد البر في الاستيعاب والباقلاني والغزالي وبه جزم ابن الصباغ في العدة كما في الفتح المغيث للحافظ العراقي (٤/٣١) وقال به الصميري الحنفي وأليكا الطبري والقشيري والمازري وابن الأثير كما في جامع الأصول (١/١٣٤) وابن فورك والمعتزلة كما يذكر في هذه المسألة وكما في البحر المحيط (٤/٣٠٣) ...
Yg pertama adanya pergaulan yg cukup lama....... Adanya persyaratan ini merupakan mazhab Ushuliyyin, (sebagaimana) dikutip oleh Ibn as-Sam'ani. Pendapat ini juga merupakan pendapat Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti'ab, pendapat Al-Baqillani, al-Ghozali, diyakini oleh Ibn as-Shobbagh di dalam al-'Uddah, seperti disebut di dalam Fath al-Mughits karya al-Hafizh al-'Iraqi (4/31), dan ditakan pula oleh As-Shumairi al-Hanafi, Alika at-Thobari, al-Qusyairi, al-Mazari, Ibn al-Atsir seperti dalam Jami' al-Ushul (1/134), Ibn Furak, dan kalangan Mu'tazilah, sebagaimana disebut di dalam masalah ini, dan sebagaimana di dalam al-Bahr al-Muhith (4/303).....

4. Anas Bin Malik (w. 92 H).
Beliau ketika ditanya:
هل بقي من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم أحد غيرك؟
Apakah masih ada (hidup) seorang sahabat Nabi saw. selain engkau?

Anas berkata:
بقي ناس من الأعراب قد رأوه، فأما من صحبه فلا
Masih ada sejumlah orang-orang Arab badui; mereka melihat beliau. Adapun orang-orang yg menyertai beliau (sahabat-sahabat beliau) sudah tidak ada. (Muqaddimah Ibn Sholah, 489).

5. Jabir bin Abdillah (w. 87 H):
Ketika ditanya oleh seorang:
من بقي معك من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم؟
Siapakah yg masih hidup, selain engkau, dari sahabat-sahabat Nabi saw.?

Beliau menjawab:
بقي معي أنس بن مالك وسلمة بن الأكوع...
Selain aku, masih ada Anas bin Malik dan Salamah bin al-Akwa'... (Ahmad, al-Musnad, 23/196)

Qultu: Padahal, pada masa Jabir bin Abdillah masih ada ratusan bahkan mungkin ribuah orang-orang Islam yg pernah melihat atau sekedar berjumpa dg Nabi saw. Namun Jabir tidak menganggap pertemuan atau melihatnya mereka dapat memasukkan mereka menjadi sahabat.

6. Sa'id ibn al-Musayyab (w. 92):
الصحابة لا نعدهم الا من قام مع رسول الله سنة او سنتين وغزا غزوة أو غزوتين
Sahabat, kami tidak menganggapnya sebagai sahabat kecuali orang yg membersamai Rasulullah selama satu atau dua tahun, berperang bersama beliau satu atau dua kali. (Al-Khathib, al-Kifayah fi  Ilm ar-Riwayah, hal. 99)

Qultu: Isand atsar ini dhaif. Namu, sebagian ahli ilmu menjadikannya sebagai acuan dan meyakini penisbatannya kepada Ibn al-Musayyab.

7. Muawiyah bin Qarrah al-Mazizi (113 H) berkata:
جاء أبي الى النبي صلى الله عليه وسلم وهو غلام صغير فمسح رأسه واستغفر له
Ayahku datang kepada Nabi sas. saat dia masih anak-anak. Beliau pun mengusap kepalanya dan beristighfar untuknya.

Syu'bah berkata kepada Muawiyah:
له صحبة
Kalau begitu dia sahabat?

Muawiyah berkata:
لا، ولكنه كان على عهده قد حلب وصر
Tidak, tetapi dia saat berjumpa dengan Nabi saw. sudah dapat memerah susu. (Al-Kifayah, hal. 109)

Qultu: Muawiyah jelas tdk menganggap anak2 (belum baligh) yg berjumpa dg Nabi saw. meski Islam, sebagai sahabat.

8. Yahya bin Ma'in (w. 232)

Yahya bin Ma'in mengomentari Muhammad bin Hathib yg lahir di Habsyah,
له رأية ولا تذكر له صحبة
Dia melihat Nabi saw. namun tidak menyertai Nabi saw.

Qultu: Nampak di sini berbeda antara ru'yah dg shubah, ru' yah tdk mengotomatiskan pada shuhbah (kesahabatan)

9. Imam Ahmad (w. 241)
Yg masyhur dari beliau adalah pendapat pertama (mayoritas ahli hadits). Namun beliau berkomentar tentang Maslamah bin Makhlad:
ليست لمسلمة صحبة
Maslamah tidak pernah memiliki shuhbah (bukan sahabat).

Padahal, saat yg sama Imam Ahmad meriwayatka dari Maslamah:
ولدت حين قدم النبي المدينة وقبض النبي وأنا ابن عشر سنين
Aku lahir saat Nabi saw. tiba di kota Madinah. Dan Nabi saw. wafat saat usiaku 10 tahun.

Ibn Hajar mengatakan: Mungkin maksud imam Ahmad adalah shuhbah khusus.

Qultu: Shuhbah inilah yg dimaksud oleh ulama Ushul. Jadi, pendapat ulama Ushul sesuai dg beberapa atsar yg ada.

11. Imam Muslim (wm 261) mengatakan di dalam kitabnya at-Thabaqat (1/141):
ذكر تسمية من رووا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم من الرجال الذين صحبوه ومن رووا عنه ممن رآه ولم يصحبه لصغر سن أو نأي دار
Daftar nama-nama orang yang meriwayatkan dari Nabi saw. baik dari kalangan sahabat beliauz maupun mereka yg melihat beliau namun tidak menjadi sahabat beliau, karena masih kecil atau jauhnya tempat tinggal..

12. Abu Hatim (w. 275):
حسين بن علي بن أبي طالب رضوان الله عليهما ليست له صحبة
Husain bin Ali bin Abi Thalib tidak termasuk yg memiliki shuhbah (terhitung sebagai sahabat). (Jami' at-Tahshil, karya al-'Ala'iy. 398)

Qultu: Meskipun Husain bin Ali adalah pemimpin pemuda penduduk surga (sebagaimana dalam hadits) dan beliau adalah cucu Rasulullah yg sangat disayang oleh beliau dan tentu sangat lengket dg beliau, oleh Abu Hatim tidak digolongkan sebagai sahabat. Ini tidak lain karena satu hal, yaitu: Nushrah dan Jihad, yakni Husain tentu (karena masih anak2) tidak berjihad dan membantu Nabi dalam berjihad.

13. Al-'Ajali (w. 261) di dalam kitabnya at-Tsiqat, memasukkan orang-orang yg pernah melihat Nabi saw. atau sekedar berjumpa dg beliau di golongan tabi'in, bukan sahabat. Misalnya Jariyah bin Qudamah as-Sa'dy, dll.

14. Abu Bakar Muhammad bin at-Thayyib al-Baqillani (w. 403)

Setelah menjelaskan makna sahabat dalam aspek 'urf, beliau mengatakan:
فوجب لذلك أن لا يجري هذا الاسم في عرف الاستعمال إلا على من هذه حاله...
Maka, berdasarkan alasan di atas, sebutan ini (Sahabat) wajib tidak diberlakukan kecuali kepada mereka yg keadannya seperti itu (maksudnya: banyak bergaul, bermajlis, dan terus menerus berjumpa). (al-Kifayah, hal. 100)

15. Al-Mawardi (w. 450):
الصحابي يشترط فيها أن يتخصص بالرسول ويتخصص الرسول به
Sebutan sahabat disyaratkan adanya seseorang memiliki takhashshush (mengambil posisi khusus) dg Rasul dan begitu sebaliknya (Tadrib ar-Rawi, 2/213)

16. Imam al-Mazari (536):
لسنا نعني بقولنا الصحابة عدول كل من رآه النبي صلى الله عليه وسلم يوما او زاره عاما او اجتمع به لغرض وانصرف وإنما نعني به الذين لازموه وعزروه ونصروه واتبعوا النور الذي أنزل معه وأولئك هم المفلحون
Yg saya maksud "semua sahabat adil" bukanlah setiap orang yg melihat Nabi saw. pada satu hari, atau mengunjungi Nabi saw. pada satu tahu tertentu, atau berkumpul dg Nabi saw. untuk keperluan tertentu kemudian pergi. Yg saya maksud sahabat adalah mereka yg terus mulazamah dg Nabi saw. menolong beliau, membantu beliau dab mengikuti cahaya yg diturunkan bersama beliau. Mereka itulah orang-orang yg beruntung. (Tadrib ar-Rawi, as-Suyuthi, 2/215)

+++++++

Itulah beberapa data yg sementara dapat disajikan untuk kita pelajari bersama. Semoga tidak muncul lagi a ggapan bahwa, misalnya, definisi syekh Taqy adalah definisi yg syadz.

Mungkin muncul pertanyaan, kalau gitu banyak hadits yg tertolak akibat definisi ini, donk?

Jawabannya tidak! Mengapa?

Dan apa pula fungsinya kita mendetailkan dan menelaahndefinisi hingga sampai pemahaman yg benar?

Nantikan jawabannya pada TS selanjutnya (insyaAllah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar