ASY-SYĀFI‘ī DAN ILMU KALAM #4
Pada zaman dahulu, Ahlussunnah meng-iṡbat bahwa Al-Qur’an itu Kalamullah. Lalu muncul Muktazilah mengibarkan doktrin baru warisan Jahmiyyah, bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Kemudian datang Asyā‘irah membawa gagasan baru sebagai jalan tengah, bahwa Al-Qur’an dengan makna kalam nafsi itu kalam Allah, qadim, dan bukan makhluk; sedangkan Al-Qur’an dengan makna lafal dan huruf itu bukan kalam Allah, alias makhluk.
Pendapat khas ini bisa kita temukan dalam kitab-kitab Asyā‘irah, salah satunya bisa Anda lihat dalam SS dibawah. Berikutnya bisa kita lihat dalam Tuḥfatul-Murīd Syarḥ Jawharah At-Tawḥīd karya Asy-Syaykh Al-Bayjūrī Al-Asy‘arī (w. 1277 H), ia menyebutkan:
ومذهب أهل السنة أن القرآن بمعنى الكلام النفسي ليس بمخلوق، وأما القرآن بمعنى اللفظ الذي نقرؤه فهو مخلوق
“Dan Mazhab Ahlussunnah (Asyā‘irah-Maturidiyyah) menyatakan bahwa Al-Qur’an dengan makna Al-Kalām An-Nafsī bukanlah makhluk. Adapun Al-Qur’an dengan makna lafal yang kita baca, maka ia adalah makhluk.”
Sekarang, kita bandingkan pandangan tersebut dengan pandangan Al-Imām Al-Kabīr Muḥammad bin Idrīs Asy-Syāfi‘ī (w. 204 H) raḥmatullāh ‘alayh yang dinukil oleh Asy-Syaikh Al-Jalīl Abul-Ḥusayn Al-‘Imrānī Asy-Syāfi‘ī (w. 558 H) raḥmatullāh ‘alayh dalam Al-Intiṣār fir-Rad ‘alal-Mu‘tazilah Al-Qadariyyah Al-Asyrār, bahwa Ar-Rabī‘ bin Sulaymān pernah mendengar Mahagurunya (Imam Asy-Syāfi‘ī) berkata:
مَنْ قَالَ: لَفْظِي بِالْقُرْآنِ أَوِ الْقُرْآنُ بِلَفْظِي مَخْلُوقٌ, فَهُوَ جَهْمِيٌّ
“Barangsiapa berkata: lafalku dengan Al-Qur’an atau Al-Qur’an dengan lafalku adalah makhluk, maka ia seorang Jahmiy (penganut paham Jahmiyyah)”.
Aṡar ini SAHIH, riwayat asal yang muttaṣil (tersambung) bisa kita jumpai dalam Syarḥ Uṣūl Al-I‘tiqād Ahlissunnah wal-Jamā‘ah karya Al-‘Allāmah Al-Ḥāfiẓ Abul-Qāsim Al-Lālikā’ī Asy-Syāfi‘ī (w. 418 H) raḥmatullāh ‘alayh. Aṡar ini disahkan dan diriwayatkan ulang (melalui Al-Lālikā’ī) oleh seorang Sufi, Al-Imām Az-Zāhid Abul-Ḥasan Al-Hakkārī (w. 486 H) dalam I‘tiqād Al-Imām Abī ‘Abdillāh Muḥammad bin Idrīs Asy-Syāfi‘ī.
Riwayat Al-Ḥāfiẓ Al-Lālikā’ī ini memiliki mutāba‘ah (pendukung) dari Al-Imām Abū Bakr Al-Bayhaqī Asy-Syāfi‘ī (w. 458 H) raḥmatullāh ‘alayh, ia menyatakan dalam Al-I‘tiqād wal-Hidāyah ila Sabīl Ar-Rasyād ‘ala Mażhab As-Salaf wa Aṣḥāb Al-Ḥadīṡ:
وقد ذكر الشافعي رحمه الله ما دل على أن ما نتلوه في القرآن بألسنتنا ونسمعه بآذاننا ونكتبه في مصاحفنا يسمى كلام الله عز وجل وأن الله عز وجل كلم به عباده بأن أرسل به رسوله صلى الله عليه وسلم
“Dan telah disebutkan oleh Asy-Syāfi‘ī raḥimahullāh keterangan yang menunjukkannya bahwa apa yang kita baca di dalam Al-Qur’an dengan lisan-lisan kita, kita dengar melalui telinga-telinga kita, dan kita tulis di dalam mushaf-mushaf kita; semua itu dinamakan Kalamullah ‘azza wa jalla. Dan bahwa Allah ‘azza wa jalla telah berbicara dengannya kepada hamba-hamba-Nya melalui pengutusan Rasul-Nya ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam”.
Dan, Aṡar Imam Asy-Syāfi‘ī ini juga memiliki syawahid (penguat) dari para Ulama Salaf lainnya yang menyatakan hal yang sama.
Jadi, apabila kita perhatikan dan bandingkan antara pandangan Imam Asy-Syāfi‘ī dengan mazhab Asyā‘irah dalam isu Al-Qur’an ini, akan kita dapati bahwa pemahaman atau pandangan mazhab Asyā‘irah adalah turunan/warisan paham Jahmiyyah atau terpapar paham Muktazilah, alias BUKAN pandangan Ahlussunnah wal-Jamaah.
BTW: Apabila ada orang yang mengatakan sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy-Syāfi‘ī diatas, biasanya oleh sebagian oknum akan digelari dengan Wahabi, Mujassimah, Musyabbihah. Lantas, bagaimana dengan sosok Al-Imām Al-Kabīr Muḥammad bin Idrīs Asy-Syāfi‘ī? Akankah digelari dengan gelar yang sama!?
Sekian dulu, bersambung...
Salam Persahabatan,
Alfan Edogawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar