Sabtu, 12 Oktober 2019

6

KUN SYĀFI‘IYYAN ‘ALAL-JĀDDAH Seri 6
[Spin-Off: Meluruskan Fitnah Terhadap Al-Bukhārī Bag.2]

Ketika saya membaca pernyataan di kolom komentar seperti SS dibawah ini, saya teringat dengan kondisi saya ketika masih menganut paham Asy‘ariyyah dahulu, saya juga menganggap bahwa Imam Al-Bukhārī selaras pendapatnya dengan Asy‘ariyyah tentang “lafal dalam bacaan Al-Qur’an itu makhluk” (Lafẓī bil-Qur’an Makhlūq).

Akan tetapi, sejak Allah menganugerahkan kepada saya rasa cinta terhadap Ilmu Riwāyah dan Dirāyah Hadis, anggapan saya kepada Imam Al-Bukhārī berubah 180°. Ternyata Imam Al-Bukhārī tidak pernah berpendapat bahwa “Lafẓī bil-Qur’an Makhlūq”, klaim-klaim yang beredar itu hanya sebatas klaim tanpa bukti.

Berikut data lanjutan dari tulisan sebelumnya, bahwasanya Imam Al-Bukhārī sedikitpun tidak sependapat dengan Asy‘ariyyah tentang isu “Lafẓī bil-Qur’an Makhlūq”.

Seorang Mahasantri Al-Bukhārī yang lain di Naysābūr, Al-Imām Muḥammad bin Naṣir Al-Marwazī Asy-Syāfi‘ī (w. 294 H) raḥmatullah ‘alayh. Beliau mendengar bahwa Sang Mahagurunya itu berkata:

مَنْ زَعَمَ أَنِّي قُلْتُ: لَفْظِي بِالقُرْآن مَخْلُوْقٌ فَهُوَ كَذَّابٌ، فَإِنِّي لَمْ أَقُلْهُ.
“Barangsiapa yang mengatakan bahwa aku telah berpendapat bahwa lafalku ketika membaca Al-Qur’an adalah makhluk (lafẓī bil-qur’an makhlūq), maka sungguh dia adalah PENDUSTA, karena sesungguhnya aku TIDAK PERNAH mengatakan demikian.” [Tārīkh Bagdād, Tārīkh Dimasyq, Tārīkhul-Islām, dan Siyar A‘lām An-Nubalā’]

Hal senada juga diriwayatkan oleh Al-Ḥāfiẓ Abū ‘Amr Al-Khaffāf An-Naysābūrī (Mahasantri Al-Bukhārī), Beliau menyebutkan bahwa Mahagurunya tersebut berkata kepadanya:

يَا أَبَا عَمْرٍو، احْفَظ مَا أَقُوْلُ لَكَ: مَنْ زَعَمَ مِنْ أَهْلِ نَيْسَابُوْرَ وَقُومس وَالرَّيِّ وَهَمَذَان وَحلوَانَ وَبَغْدَادَ وَالكُوْفَةِ وَالبَصْرَةِ وَمَكَّةَ وَالمَدِيْنَةِ أَنِّي قُلْتُ: لَفْظِي بِالقُرْآنِ مَخْلُوْقٌ فَهُوَ كَذَّابٌ، فَإِنِّي لَمْ أَقُلْهُ إِلاَّ أَنِّي قُلْتُ: أَفْعَالُ العِبَادِ مَخْلُوْقَةٌ.
“Wahai Abu ‘Amr, ingat baik-baik apa yang kuucapkan kepadamu: Siapa saja yang menyangka bahwa aku berpendapat bahwa lafalku ketika membaca Al-Qur’an adalah makhluk (lafẓī bil-qur’an makhlūq), baik dia dari penduduk Naysābūr, Qūmis, Ar-Rayy, Hamażān, Ḥulwān, Bagdād, Kūfah, Baṣrah, Makkah, dan Madinah, maka ketahuilah bahwa yang menyangka aku demikian itu adalah PENDUSTA. Karena sesungguhnya aku tidaklah mengatakan demikian. Aku hanya mengatakan: Segenap perbuatan hamba Allah itu adalah makhluk (Af‘ālul-‘Ibād Makhlūqah).” [Tārīkh Bagdād, Tārīkh Dimasyq, Tārīkhul-Islām, dan Siyar A‘lām An-Nubalā’]

Saya kutip lagi keterangan dari Yaḥya bin Sa‘īd, Mahasantri Al-Bukhārī, ia berkata:

قَالَ أبو عبد الله البخاريّ: حركاتهم وأصواتهم، واكتسابهم، وكتابتهم، مخلوقة، فأما القرآن المتلو المبين المثبت في المصاحف المسطور المكتوب الموعى في القلوب، فهو كلام الله ليس بخلق
Abū Abdillāh Al-Bukhārī berkata: “Gerak-gerik mereka, suara mereka, tingkah laku mereka, segala tulisan mereka adalah makhluk. Adapun Al-Qur’an yang dibaca dengan suara huruf-huruf tertentu, yang ditulis di lembaran-lembaran penulisan Al-Qur’an, yang dihafal di hati para penghafalnya, maka semua itu adalah Kalāmullāh, BUKAN makhluk.” [Tārīkh Bagdād, Siyar A‘lām An-Nubalā’, dan Ṭabaqāt Asy-Syāfi‘iyyah Al-Kubra]

Dari keterangan Imam Al-Bukhārī melalui para muridnya, dapat kita simpulkan bahwa:

➊ Siapa saja yang mengatakan bahwa Imam Al-Bukhārī berpendapat “bacaan terhadap Al-Qur’an itu makhluk”, maka dia PENDUSTA.
➋ Dengan kata lain, siapa saja yang mengatakan bahwa Imam Al-Bukhārī sependapat dengan Asyā‘irah tentang kemakhlukan bacaan Al-Qur’an, maka dia PENDUSTA.
➌ Imam Al-Bukhārī justru menyelisihi pendapat Asyā‘irah, beliau berpendapat bahwa “Al-Qur’an yang dibaca dengan suara huruf-huruf tertentu, yang ditulis di lembaran-lembaran penulisan Al-Qur’an, yang dihafal di hati para penghafalnya, maka semua itu adalah Kalāmullāh, BUKAN makhluk.”
➍ Pendapat Imam Al-Bukhārī ini sejalan dengan Mahagurunya (Imam Aḥmad); sejalan dengan Mahaguru Aḥmad, yakni Imam Asy-Syāfi‘ī; dan sejalan dengan Mahaguru Asy-Syāfi‘ī, yakni Imam Mālik. Para imam ini TIDAK DIRAGUKAN lagi status ke-Ahlussunnah-annya, BUKAN asal klaim.
➎ Maka, pendapat Asyā‘irah yang menyelisihi para Imam ini bisa dipastikan BUKAN pendapat Ahlussunnah. Karena tidak ada satupun ulama Ahlussunnah Salafuṣṣaliḥ yang berpendapat sebagaimana pendapatnya Asyā‘irah.
➏ Jika pendaku Asyā‘irah masih keukeuh (ngotot) bahwa pendapat Asyā‘irah ini adalah pendapat Ahlussunnah, mohon berikan bukti SATU SAJA ulama Ahlussunnah Salafuṣṣaliḥ (Sahabat, Tabiin, Tabik Tabiin) yang berpendapat sebagaimana pendapatnya Asyā‘irah tentang kemakhlukan bacaan Al-Qur’an.
➐ Jika tak mampu memberikan bukti, masih kah ngotot mengaku sebagai representasi dari Ahlussunnah Sejati?

Bagaimana menurut Anda?

Sekian dulu, bersambung...
(Bagian berikutnya akan mengulas kitab Khalqu Af‘āl Al-‘Ibād war-Raddu ‘alal-Jahmiyyah wa Aṣḥāb At-Ta‘ṭīl karya Imam Al-Bukhārī yang coba dicatut oleh pendaku Asyā‘irah untuk mendukung pendapat Asyā‘irah seperti pada SS kedua)

Yaa Allah, ampuni daku karena pernah menduga-duga yang tidak benar tentang Imam Al-Bukhārī. Semoga Sang Imam memaafkan daku...

Salam Persahabatan,
Alfan Edogawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar